SANDIWARA

by Cesi on Monday, 22 November 2010 at 11:53

Secara umum, manusia menempuh hidup yang penuh keputusasaan. oleh sebab itu, sama sekali tak aneh bila kita meracuni udara,air dan humus kita, dan membangun peralatan neraka yang makin canggih, baik untuk industri maupun militer. mari kita jujur sejujur-jujurnya demi perubahan.



Bagi saya yang paling utama dari berbagai keceriaan buatan manusia adalah sandiwara. Sebab menurut saya sebelum penduduk bumi mengenal gempa gempa waktu di alam, manusia telah menciptakan gempa waktu buatan, tidak percaya?

Perhatikan para pemain sandiwara mengetahui segala sesuatu yang akan mereka ucapkan dan mereka lakukan, dan bagaimana segala sesuatu berlangsung hingga akhir cerita, entah itu baik entah itu buruk, tatkala layar diangkat dalam babak pertama, adegan pertama.

Namun saya pun tak punya pilihan selain berlaku seolah-olah masa depan masih berupa misteri.

Kali ini gempa waktu 2010 membawa saya kembali kepada 2000 dalam waktu sekejab, gempa itu membuat sepuluh tahun masa lampau saya menjadi sepuluh tahun masa depan saya, sehingga saya dapat mengingat segala sesuatu yang harus dikatakan dan dilakukan sekali lagi bila saatnya tiba. Meski pemeran lain yang saya temui kali ini berbeda dengan gempa waktu itu.

Sungguh saya mengingatnya dengan baik pada awal pemutaran ulang setelah gempa waktu berikutnya: pertunjukan harus tetap berlangsung.

Adakah orang yang pernah menyadari kehidupan saat mereka menempuhnya menit demi menit?

Ketika seorang kawan datang kepada saya suatu waktu, Ia seorang yang katanya penganut freethinker, untuk menyatakan bersikap curiga terhadap berbagai keyakinan agama konvesional, sebagaimana Voltaire dan Thomas Jefferson dan Benyamin Franklin dan saya dan sebagainya.

Ia mengatakan kepada saya berbagai risalah agama agar mendapat ilham, lalu saya menjawabnya dengan menyampaikan tentang kitab kejadian versi saya. Untunglah saya memiliki alat perekam yang saya hidupkan untuk kembali mengingat.

“pada awalnya samasekali tidak ada apa-apa, dan betul-betul kosong melompong” lanjut saya “ tetapi ketiadaan itu menyiratkan sesuatu, sebagaimana atas menyiratkan bawah dan manis menyiratkan asam, seperti lelaki menyiratkan perempuan dan mabuk menyiratkan sadar dan bahagia menyiratkan sedih.

Sungguh saya benci menyatakan ini kepada kawan wahai para teman, tetangga, tetapi kita adalah implikasi-implikasi kecil dari suatu implikasi raksasa. Kalau anda tidak suka di sini, mengapa tidak kembali ketempat anda berasal?

“Sesuatu pertama yang disiratkan oleh ketiadaan itu” lanjut saya, “sebetulnya ada dua hal, yang suka disebut umumnya peradaban manusia dengan sebutan nama “tuhan” dan “iblis”. Tuhan itu lelaki dan iblis itu perempuan. Mereka saling menyiratkan, dan karena itu menjadi rekan sejawat dalam struktur kekuasaan yang sedang muncul, yang tak lain hanya implikasi. Kekuasaan tersebut disiratkan oleh kelemahan.

“Tuhan menciptakan langit dan bumi” yang karyanya dalam kitab-kitab yang disucikan umatnya telah dicetak berulang-ulang kali. “dan bumi tidak memiliki bentuk, kosong dan kegelapan ada di atas permukaan tabir. Lalu roh tuhan bergerak di atas permukaan air. Iblis dapat melakukan hal itu juga, tetapi ia berpikir berbuat demikian adalah hal bodoh, bila tanpa maksud tertentu. Apa maknanya? Awalnya Ia tidak mengatakan apa-apa.

“Tetapi iblis mulai mencemaskan tuhan tatkala Ia bersabda, ‘hendaknya ada terang,’ dan timbullah terang. Tentu iblis bertanya-tanya, ‘apakah gerangan yang sedang dilakukan tuhan? Seberapa jauh Ia bermaksud melangkah, dan apakah Ia berharap saya membantu memelihara semua hal gila ini?”

“Dan malapetaka itu betul-betul terjadi. Tuhan membuat lelaki dan perempuan, miniatur-miniatur cantik tuhan dan iblis, dan melepaskan mereka demi melihat akan menjadi apa mereka nanti. Taman firdaus lanjut saya “boleh dianggap sebagai bentuk awal koloseum dan permainan-permainan Romawi.

“Iblis,” kata saya, “tak dapat meniadakan apa yang telah dibuat oleh tuhan. Ia hanya dapat mencoba membuat keberadaan mainan-mainan kecilnya itu tidak begitu kesakitan. Iblis dapat melihat apa yang tak dapat di lihat tuhan: hidup itu amat membosankan atau menakutkan.

Jadi iblis mengisi sebutir apel dengan segala macam gagasan yang setidaknya mampu mengurangi kebosanan itu, misalnya dengan berbagai aturan permainan kartu dan dadu, cara bersenggama, berbagai resep membuat bir dan anggur dan wiski, gambar berbagai tanaman yang dapat dirokok, dan seterusnya. Serta tidak lupa bagaimana cara mengucapkan sumpah serapah serta caci maki bila kaki manusia terinjak-injak atau wajahnya kena bogem serta kepalanya dihajar.

“Iblis menyuruh seekor ular memberikan apel kepada hawa. Hawa memakannya dan memberikannya kepada adam. Adam pun menggigitnya, dan kemudian mereka bersetubuh.

“Saya menjamin anda, bahwa beberapa gagasan di dalam apel itu memiliki akibat samping yang menimbulkan bencana bagi sebagian kecil orang yang mencobanya”

“Yang ingin dilakukan Iblis hanyalah menolong, dan ia telah melakukannya dalam banyak hal, dan agar menjadi catatan bahwa Iblis menawarkan obat mujarab dengan akibat samping yang mematikan tidaklah lebih buruk dari akibat samping obat-obatan produksi pabrik farmasi terkenal di zaman ini.

Belum selesai kisah ini saya lanjutkan terlihat kawan saya sudah melongo dengan mata terbelalak kebingungan.

Salam
Cesi Ces
©
101120
00:00

Comments

Unknown said…
eh siapa tahu Tuhan dan Iblis satu himpunan :)
Cesillia C'est said…
bisa jadi, tuhan, malaikat, iblis, satu himpunan memecah jadi partikel kecil menjadi manusia :)

Popular Posts