8 MARET "HANYA" HARI PEREMPUAN?!





Sejarah Hari Perempuan Sedunia; Makna Women Day. Sesungguhnya merupakan kisah perempuan biasa menoreh catatan sejarah; sebuah perjuangan berabad-abad lamanya untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat, seperti juga kaum laki-laki.

Setiap tanggal 8 Maret setiap tahunnya, seluruh perempuan di dunia memperingati Hari Perempuan Sedunia atau Women Day.

Jika menoleh dari sejarahnya, peringatan hari perempuan sedunia yang untuk pertama kali diperingati di Amerika pada tahun 1909 ini, merupakan tonggak lahirnya perjuangan kaum perempuan dalam perjuangannya menegakkan hak-hak kemerdekaan, kesetaraan dan pengakuan terhadap kaum perempuan.

Dijadikannya tanggal 8 Maret sebagai International Women Day, karena pada tanggal yang sama di tahun 1917, perempuan di Rusia, untuk pertama kalinya diberikan hak suara oleh pemerintah Rusia. Inilah yang menjadi tonggak awal peringatan bagi seluruh perempuan dunia.

Di masyarakat Yunani Kuno, Lysistrata menggalang gerakan perempuan mogok berhubungan seksual dengan pasangan (laki-laki) mereka untuk menuntut dihentikannya peperangan; dalam Revolusi Prancis, perempuan Paris berunjuk rasa menuju Versailles sambil menyerukan “kemerdekaan, kesetaraan dan kebersamaan” menuntut hak perempuan untuk ikut dalam pemilu.

Selintas dari sejarah hari perempuan sedunia merupakan sebuah perjalanan panjang selama berabad lamanya dari kaum perempuan biasa dalam perjuangannya yang menorehkan sejarah. perjuangan perempuan memang belum membuahkan kemerdekaan. perjuangan perempuan adalah sejarah perjuangan terpanjang hingga saat ini.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Apakah Perempuan di Indonesia mampu merubah paradigma berpikirnya sendiri?

Di antara banyak kehebohan, perempuan mengambil porsi terbesar. entah sebagai penyebab atau selaku korban. tetapi dalam banyak hal, perempuan terintimidasi oleh kelemahannya sendiri disebabkan stigma kebudayaan yang berkembang sehingga tampak nature. Dan ketika dipersepsikan sebagai pemicu dalam banyak isu kasualitas sosial, politik, ekonomi, keamanan, Perempuan sesungguhnya adalah korban. itu sebabnya, eksistensi perempuan masuk dalam salah satu tujuan utama millenium development goals (mdgs).

Tipisnya pesona perempuan dalam demarkasi makhluk yang terkulai dan terlukai tidak banyak disadari publik. tetapi itu juga sebenarnya sebagian besar disebabkan oleh ketidakberdayaan perempuan menghadapi intimidasi dari nature kelemahan yang terlanjur tercipta. Ambil contoh kasus Luna dan Tari. Sejak awal mereka sebenarnya bisa sebagai korban dari kedigdayaan seksualitas dan rayuan gombal seorang ariel. toh, itu tidak membuat keduanya membuka pengakuan dan memusatkan perilaku deviasi moral pada kebiasaan ariel merekam adegan seks tanpa sepengetahuan kolega mesumnya.

Falsafah seperti “a woman’s honour must never be questioned and should be protected at all times” adalah refleksi ketidakberdayaan perempuan menghadapi intimidasi nature kelemahannya tanpa asistensi kaum lelaki. Bila merujuk pada kitab-kitab agama, disebutkan Sang Pencipta sudah mengingatkan hal tersebut dalam simbol penciptaan Hawa (perempuan) melalui rusuk kiri Adam (laki-laki) . Apakah hal tersebut benar? atau bisa jadi Perempuan bagaikan tulang rusuk (bengkok)  atau seperti tulang rusuk (ka al-dil‘), bukan dari tulang rusuk, entahlah.

Oleh sebab pemahaman bahwa Hawa (perempuan) tercipta dari tulang rusuk Adam (Laki-laki), hal tersebut mendukung pada  realitas perempuan cenderung memiliki impian terpisah bahkan menciptakan fantasi-fantasi sendiri yang kebetulan malah memperkuat comfort territory para pria di zona macho.

Komplikasi cara berpikir seperti ini membuat banyak perempuan berpikir bahwa arti kewajiban seorang perempuan baik (good woman’s duty) adalah melayani pria. padahal definisi “perempuan baik” itu terbatasi oleh “gender specific role of service“. Perempuan tidak lagi melihat dirinya dalam kedudukan independen. proyeksi diri mereka lebih pada artifisial hubungan aismetris laki-laki dan perempuan.

Pada umumnya perempuan enggan mendefinisikan “pria baik” (good men). karena perempuan umumnya telah menerima prinsip dominan kultur patrialkal bahwa yang diperlukan adalah “perempuan baik” (good woman). Dan itupun dalam pengertian “pelayanan”. makanya tidak heran bila persoalan utama yang dihadapi perempuan cenderung berputar pada ambiguitas persepsional tentang seolah-olah mereka adalah property of men.

Para psikolog atau psikiater mungkin sudah meneliti kompleksitas cara berpikir kaum perempuan yang selalu memiliki masalah dalam soal “possession” tadi. sehingga kita selalu ingat kata orang bijak yang selalu mengingatkan intimidasi nature kelemahan kaum perempuan bahwa “a woman is a man’s most coveted and revered possession“. entahlah, semoga berguna untuk semua kita perempuan bercermin.

Perempuan adalah simbol keindahan, tapi perempuan juga adalah simbol kekerasan dan pelecehan. setiap saat, di setiap selahan bumi ini ada kekerasan, penyiksaan, pelecehan dan diskriminasi terhadap kaum perempuan.

Meskipun begitu banyak suara-suara dan aspirasi-aspirasi yang meneriakkan kesamaan gender dan anti diskriminasi terhadap perempuan dan kelompok minoritas tertentu, tetapi semakin kencang teriakkan itu, semakin banyak pula perempuan-perempuan tersakiti dan termarginal.

Dari beberapa peringatan-peringatan penting di dunia, mungkin hari peringatan perempuan sedunia yang jatuh setiap tanggal 8 Maret, bakalan kurang ber-gaung diantara ramainya isu-isu dan polemik yang ada di negeri ini. Namun, seperti halnya beberapa peringatan-peringatan lainnya yang hanya sebatas dilalui dan dirayakan dengan orasi dan aksi demonstrasi di jalan-jalan, betapa hal ini justru semakin menutup mata para petinggi negeri ini.

Dari sekian banyak lembaga dan organisasi yang berkomitmen demi memperjuangkan hak-hak kaum perempuan, tidakkah suara-suara perempuan akan melahirkan sebuah ketegasan dan aturan yang "sedikit lebih keras" untuk membuat jera para pelaku dan pengambil hak-hak perempuan itu.

Perempuan-perempuan kita banyak yang meregang nyawa dan merintih kesakitan di negeri  sendiri hingga di negeri orang. perempuan-perempuan kita banyak yang menderita di sekitar kita mengapa kita para perempuan tidak menjadikan peringatan-peringatan tentang kita sebagai sebuah simbol untuk melahirkan kebijakan baru yang lebih melindungi dengan cara cerdas sebagaimana ketika kita mampu membuat kebijakan atas diri kita tampil update, sensual dengan dandanan menor?  atau apakah hanya disitu saja kemampuan rata-rata perempuan Indonesia?

Berjuanglah, belajarlah untuk peduli nasib sesama kita perempuan, dan perjuangan belajar cerdas dalam bersikap sebagai seorang perempuan menurut diri kita, pemahaman kita, tidak lebih mahal dari harga lipstik bermerek yang  kelak akan terhapus oleh ciuman seorang pria tidak bertanggung jawab, sedikit pun tidak.

Justru akan menjadi lebih berharga perjuangan, teringat, terkenang sesama kita perempuan untuk lebih peduli, menjadikan perempuan merasa nyaman dan percaya diri, dan menumbuhkan keyakinan diri bahwa sesungguhnya perempuan adalah benar-benar simbol keindahan. Bukan simbol-simbol dengan stigma negatif lainnya.

Janganlah sia-siakan setiap peringatan hari perempuan, karena hari peringatan ada sebab ada kejadian yang dalam sejarah telah di torehkan dengan tetesan darah dan air mata perjuangan kaum perempuan, saudara-saudara kita pada belahan bumi ini.

Dan kepada engkau kaum laki-laki, belajarlah berpikir, berasa cara perempuan, memberi, membuka ruang, mempersilahkan perempuan untuk lebih berkembang. Tanpa kebesaran jiwa kaum laki-laki sejarah perjuangan perempuan akan makin panjang perjalanannya. [CC]

End of Februari 28,2013

Comments

Popular Posts