YANG TIDAK PERNAH DIPELAJARI DI SEKOLAH



Ada jenis-jenis pertanyaan yang dapat diibaratkan seperti pulau es. Di bawah permukaannya yang tampak sederhana, terdapat substansi yang harus diperhitungkan.

Duduk persoalan di balik suatu pertanyaan sering kali jauh lebih penting daripada pertanyaan itu sendiri.

Dan acapkali saya belajar mendapatkan itu dari orang yang suka berprasangka dengan tuduhan-tuduhan dalam kemasan pertanyaan atau pernyataan, dan di Indonesia orang seperti itu sangat umum dan mudah didapatkan dipergaulan mana saja.

Melayani prasangka orang-orang tersebut dengan menjawab, pertanyaan, pernyataan dan tuduhan, dengan kesetaraan irama membawa saya belajar membaca situasi dan kondisi orang tersebut.

Dan orang seperti itu umumnya memiliki "mental tidak percaya diri" tingkat dewa, dikarenakan dendam masalalu yang hadir dari berbagai peristiwa kehidupan akibat diri sendiri tetapi menyalahkan keadaan.

Menghadapi orang-orang yang suka berprasangka, dan memata-matai serta bergunjing satu dengan lain berpunggung-punggungan, sungguh menggelitik pikir dan perasaan.

Apalagi dengan memakai ilmu-ilmu cocokologi dengan kata konspirasi sini dan sana serta situ yang sepertinya seakan-akan benar adanya padahal segalanya hanya berdasarkan prasangka semata. sungguh benar-benar memusingkan kepala.

Tetapi saya banyak belajar dari kaum ilusif yang gemar berprasangka tersebut. sebagai antitesa untuk tetap kritis dan skeptis merekontruksi ilusif mereka, sebab hidup hari ini.

Mereka hanya ilusif atas pemahaman ontentistas lampau. sementara rekontruksi dihadirkan sebagai wujud pertanggung-jawaban intelektual yang memberikan alternatif pemikiran praksis dari dekadensi pemikiran lama.

Awal Sebuah Permulaan, Ketika Pemikiran Itu Mulai Bergerak dan Melawan.[CC]

Februari 16, 2013

Comments

Claiy said…
Wow selalu kangen artikel Yang dituliskan Aida

Popular Posts