ILUSI


Kita membuat beberapa kesepakatan, tentang bagaimana kita bisa bersama. untuk selang waktu yang tak pernah kita tahu kapan akan berhenti. Waktu yang tak sengaja kita tunggu, dan kita sama-sama tak mau mengakuinya. Kita abai akan beberapa hal, oleh karena itu kita peduli beberapa yang lain. Hal yang waktu itu kita jalani bersama.

Sampai ketika kita menyepakati beberapa hal itu lainnya, yang kita rasa akan bisa kita tepati bersama. Sekali lagi, tentang suatu tempat dalam waktu, yang kita namakan masa depan. Kau memaksa kita menyebutnya demikian. Meski aku selalu bertanya lagi ke diriku sendiri, benarkah ada yang disebut masa depan?

Abad kegelapan yang aku katakan padamu sebelumnya, seolah nampak makin menerangi kesepakatan-kesepakatan kita. Kau melakukan ini, nanti kau akan mendapatkan itu. Seperti berdagang, seperti relasi tranksaksional masyarakat modern, seperti nubuat atas datangnya suatu masa dimana itu semua akan dibayar dan terbayar lunas. Sebuah persidangan di mega. Yang hakimnya tak pernah menampakkan diri: ilusi lainnya atas keadilan.

Tapi bukankah itu memang ilusi? Menarik untuk dilihat, tapi tak bisa digenggam. Seperti hujan yang kita kagumi itu?

Comments

Popular Posts