NASIONALISME SENTIMENTIL



Liability sering dianggap barang antik yang perlu dikenang nilai-nilai historisnya dan birokrat juga bukan pembisnis yang bisa mengambil keputusan bisnis. Sampai tahun 2012, adakah BUMN sakit yang ditutup dengan segera?

Pabrik kertas Leces dan Padalarang yang namanya selalu tercantum di buku pelajaran sekolah dasar di jaman Orde Lama, beritanya tahun 2010 adalah salah satu yang terbelit hutang dan menjalani proses penyehatan.

Padahal, menurut cerita Portal Nasional Republik Indonesia di atas, sudah akan ditutup tahun 2009. Inti cerita ini ialah, bahwa nasionalisasi perusahaan swasta adalah langkah yang salah karena akan membebani pembayar pajak. Tujuan awalnya tidak akan tercapai. Itu pelajaran dari sejarah.

Kembali pada masalah nasionalisasi tahun 1960an lagi. Yang mengalami nasionalisasi tidak hanya perusahaan Belanda, tetapi juga perusahaan milik pengusaha Cina, OTHC, Oei Tiong Ham Concern, perusahaan dagang milik keluarga Oei Tiong Ham, raja gula tahun 1920an dari Semarang.

Perusahaan ini kemudian berubah nama menjadi PT Rajawali Nusantara Indonesia (2001). Yang menarik dari PT Rajawali ini, menurut websitenya, selama periode 1964 – 1985 menjalani fase konsolidasi.

Jadi selama 21 tahun perusahaan ini berjalan ditempat. Ini adalah gambaran umum tentang proses nasionalisasi perusahaan di bumi Indonesia.

Ceritanya tidak seindah konsep awalnya bahwa perusahaan-perusahaan ini akan membawa manfaat kalau dinasionalisasi.

Benda mati bisa dinasionalisasi, sedangkan asset yang hidup, manusianya, tidak bisa dan malah didepak keluar karena bagian dari anasir asing.

Keluarnya jajaran atas staf perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasi membawa serta pengetahuan dan koneksi dengan dunia bisnis. Akibatnya asset mati yang dinasionalisasi menjadi liability karena salah urus.

Februari 9, 2013



Comments

Popular Posts