ABSURDITAS KOTA
Konteks absurditas menjadi bersyarat. Dan selayaknya apapun, persyaratan sudah barangtentu membawa sayap, yang tak pernah diduga ketika pertama kali disepakati. Sayap-sayap yang secara melingkar melakukan tahap demi tahap deideologisasi terhadap kota.
Kota, menjadi tubuh besar yang asing terhadap bagian-bagiannya sendiri, tak ada tuntunan pasti dan utuh yang di titik terjauhnya, akan membuat kota menjadi takut bahkan hanya untuk sekedar bertanya, “(Si)apa diri saya?”
Kota-kota nampaknya musti segera menemukan garis penalaran organik yang pernah hadir di tubuhnya. Garis-garis itu yang nantinya akan memberi alasan terhadap ‘rasa sejarah’, jika terma tersebut masih bisa digunakan secara berkelanjutan.
Hingga kemunculan apapun di transisi kegelisahan bagian-bagian tubuhnya, bagian-bagian nalarnya, tidak berakibat mengejutkan dan fatal bagi absurditas yang sebelumnya terlipat-lipat.
Jika asumsi bahwa identitas ke-kota-an, seperti umumnya identitas ke-kita-an, dianggap menjadi satu kunci untuk memahami kecenderungan otentik masa lalu, akan mustahil untuk diselamatkan, atau bahkan, tidak mungkin dapat lagi diperjuangkan. Kota akan kehilangan seluruh aspek masa lalunya. Manusia-manusia tidak akan lagi saling berhadap-hadapan, tapi saling memunggungi.
Atas Nama Absurditas; Tentang Kota, Tentang Kita.
♠ Masa lalu
♣ Masa Kini
♥ Masa Depan
♦Dan Demi Masa di mana semua kita berdiri ?
Akhir 2012 Desember 31
Comments